Sekolah Manusia

 

GURU kami datang ke sekolah dengan mengendarai angin. Pada hari tertentu, ia pernah juga menunggangi sulursulur pohon rambat dan langsung mendarat di depan kelas. Bila sedang mengajar, dari mulutnya akan beterbangan kata demi kata berwarna-warni, berputarputar, dan lantas melesat ke langit. Indah nian tak terperi.

Setiap Sabtu, kami diajak ke halaman belakang sekolah. Mengurus kebun, sebagaimana yang juga dilakukan kelas lain. Kebun kelas kami berbeda. Guru menamainya; Kebun Pikiran. Setiap murid bebas menanam apa saja. Asal bermanfaat bagi orang lain. Ada yang menanam biji besi, benih ilmu, inti galaksi, atau partikel tuhan. Guru, selalu merawat pohon yang sudah ia tanam sejak lama sekali. Namanya, Pohon Kebaikan.

Pohon itu tumbuh menjulang. Siapa pun yang berada di bawah naungannya, takkan bisa menatap angkasa. Ranting dan dahannya menjulur ke segala arah. Merimbun berdaundaun. Tangkai dari buahnya yang manis, menggantung ke tanah. Memudahkan siapa saja yang ingin memetik. Suatu kali saat berkebun, Guru pernah berpesan begini, “Kelak nanti kalian takkan lagi menemukan sekolah seperti di sini. Sekolah yang para gurunya juga belajar dari muridmurid. Sekolah yang para muridnya, adalah guru bagi dirinya sendiri.”

 

Ren Muhammad

10 Dzulkaidah 1437 H