KEBERSIHAN DIRI

SEBAGAI generasi Muslim terkini, kita perlu menelaah ulang ajaran Islam yang telah diwariskan oleh Rasulullah Saw–limabelas abad silam. Satu di antara yang paling sering kita abaikan adalah Hadits yang berbunyi, “at-Thuhuru tsatru l-Iman: kesucian itu sebagian dari iman.” (HR Muslim). Kesucian dimulai dari kebersihan. Sementara kebersihan diawali kesadaran–tentang betapa sesungguhnya semua manusia sangat mencintai hidup bersih.

Pikiran bersih dari sampah masa lalu. Hati bersih dari hasad (iri-dengki), hasud (fitnah), uzub (sombong), takabbur, riya. Jiwa bersih dari kerungsingan tiada tara. Demi bisa mencapai derajat sedemikian rupa, kita harus mencari pola belajar dan mengajar yang mangkus. Jangan hanya berhenti pada teks belaka. Namun sudah menyentuh konteks. Maka begitulah kiranya yang kami terapkan dalam mengasuh adik² Cerdik Cendekia dalam memahami nilai penting dari hidup bersih.

Hari ini, Senin, 16 Juli 2018, generasi perdana sekolah ini sudah naik tingkat ke kelas delapan. Alhamdulillah mereka masih bertahan dalam keterbatasan. Tahun ajaran baru ini pun kami mulai dengan bersih² sampah di lingkungan sekitar. Bukan bebersih gedung sekolah, sebab mereka memang belum punya gedung memadai untuk kegiatan belajar mengajar.

Seturut data Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor medio 2018, sampah yang terbuang di kota hujan ini tercatat 2.900³ (meter kubik) atau setara 600 ton per hari. Meski tak bisa meredam angka yang luarbiasa besar itu, setidaknya mereka mulai mengenali dampak buruk sampah yang jika tak segera disikapi, akan jadi malapetaka kehidupan kita saat ini–dan nanti.

Anda pernah mengalami kecebur got atau kecemplung di kubangan lumpur? Itu sekadar contoh. Silakan ganti dengan tamsil lain. Nah, apa yang terjadi setelahnya? Adakah rasa malu terbit dari dalam diri Anda? Kiranya, seperti itulah penalaran termudah pada Hadits Nabi Muhammad Saw berikut ini:

“al-Haya-u mina l-Iman: Malu itu sebagian dari Iman.” (HR Ahmad bin Hanbal)

Apabila anak² didik kita terampil mengenali kekotoran di sekitarnya, besar kemungkinan mereka mahir juga menandai bagian mana yang jorok dalam dirinya, sehingga kelak pada hari mendatang, mereka tak jadi sampah masyarakat. Semoga hidup mereka jauh lebih berdayaguna tinimbang kami yang hanya sekadar tanda koma. []

 

Ciseeng, 16 Juli 1439 H