Jalan Panjang Sastri Kehidupan

Meluluskan Angkatan Ke-2 Siswa Atmanagari Menuju Pentas Lain Kehidupan

 

 

Hari menjelang sore ketika sudah lama saya tak mampir di teras rumah Cak Hadi. Dua gelas kopi cukup menemani kami berbincang. Kesederhanaan sudah jadi laku baru saya menikmati indahnya hidup.

Setahun ini saya memang sudah menetap di Ciseeng. Bedanya dengan dulu, kegiatan saya lebih banyak di padepokan tinimbang di Atmanagari. Maklum, sejak dulu memang saya hanya jadi suporter di sekolah. Padepokan pun jadi fokus baru Kang Reno setelah 3 tahun mendirikan Atmanagari. Sebagai ninja, saya ikut saja apa perintah hokage.

Daud, salah seorang alumni Atmanagari juga ikut mengobrol bersama kami. Saya tiba-tiba menyadari satu hal setelah melihat Daud asik menyimak: Cak Hadi, Kang Reno, Bu Farkhah dan kawan kawan rupanya berhasil mencetak murid muridnya menjadi sastri kehidupan.

Pemandangan alumni yang masih sering datang lalu duduk menyimak guru-guru mengajar anak-anak kelas 7,8 atau 9, lagi lagi mengukuhkan kesimpulan saya ini. Baru minggu lalu juga, saya, Kang Reno, dan beberapa alumni sowan ke makam seorang Awliya di Parung Panjang. Lagi lagi karena semangat belajar yang sama.

Belajar dimana saja, kapan saja, pada siapa saja. Belajar pada diri sendiri, mengajari diri sendiri. Hal itu yang berulangkali ditanamkan sebagai kesadaran pada kami. Alangkah mulianya para guru kami. Semoga Allah merahmati, meridhoi, memberkahi, mencintai guru-guru kami beserta keluarga dan anak turunannya.

Satu lagi angkatan siswa Atmanagari berangkat menuju jenjang sekolah berikutnya. Lulusan angkatan ke dua dengan dinamika yang berbeda dari kakak kelasnya. Tentu setiap kita membawa ceritanya sendiri. Hidup memberi dinamika yang berbeda. Tak pernah ada yang sama, satu dengan lainnya, dari dulu hingga yang akan datang.

Hanya saja bagi saya, kita memiliki irisan yang sama. Setiap kita merindukan kebaikan, setiap kita merindukan cahaya. Al ilmu nurun – ilmu adalah cahaya.

Maka, dengan segala kerendahan hati saya mengajak handai taulani untuk mendoakan adik adik kita di Atmanagari, anak anak penerus bangsa lain, juga untuk diri kita sendiri. Semoga cahaya kebahagiaan meliputi.

Rahayu.

Ciseeng, 11 Juni 2021 — Luqman l-Hakim