SEBUAH cara memulihkan sekolah manusia pada Abad 21 ini adalah, mengembalikan lagi hak anak didik pada ghalibnya. Sekolah itu tempat belajar segala yang maslahat, dan harus menggembirakan. Para pelajar tetap bisa belajar sambil bermain. Bukan malah tertekan mental-pikirannya, apalagi sampai stres. Ini sudah kecelakaan dalam dunia pedagogis.
Pakem di atas, kami lakukan pada Rabu, 28 Agustus 2019. Seluruh siswa Cerdik Cendekia sedari kelas vii-ix, kami boyong menuju penggemukan sapi di Cariu, milik PT Catur Mitra Taruma. Setiba di lokasi pada pagi hari, kami disambut hangat oleh seorang penyuluh yang menyenangkan. Ia berhasil menyedot perhatian pendengarnya yang rata² berusia 13-16 tahun itu. Seluruh materi yang ia sampaikan seputar sapi & dunia lenguhnya.
Kelas ini berlangsung dua arah & ternyata tidak membosankan. Kami bisa melihatnya dari raut wajah adik² yang tetap bergairah menggali seluk-beluk mengelola sapi dalam skala bisnis. Mereka yang memang gemar menggali Ilmu alam, selalu punya pertanyaan yang bisa diajukan–lalu dicatat. Sementara yang berbakat pengusaha, bertanya terkait produksi & tata kelola. Cukup didengar. Diingat. Tak perlu dicatat. Mengamati cara itu saja, kami sudah bisa menandai bakat apa yang sejatinya terpendam dalam diri mereka.
Usai sarasehan dilangsungkan, mereka diajak berkeliling melihat 1000an ekor sapi di kandang–yang sedang digemukkan. Beberapa pekerja sedang membersihkan kotoran hewan mamalia itu, yang nantinya dijadikan kompos cair & padat. Mereka juga diajari cara
membuat kompos di sisi yang lain–& ditunjukkan bagaimana pupuk alami itu dikemas dalam karung, sebelum dijual ke para petani yang datang sendiri ke lokasi.
Penggemukan sapi ini unik. Selain mengelola limbah dengan baik, mereka juga menanam pakan bagi ribuan sapi itu. Rumput jenis gajah, odot, taiwan, indigo vera, sulanjana, tampak tumbuh mengitari areal seluas 23 ha². Kecermatan berbisnis ini semoga bisa menginspirasi adik² binaan kami. Apa pun sari hikmah yang mereka peras dari perjalanan belajar itu, pasti kelak bermanfaat bagi hidupnya masing². Entah bagaimana bentuknya nanti, mereka jua yang kan menikmati buah manis dari keindahan belajar.
Terimakasih pada semua orang baik hati yang telah memudahkan langkah kaki mereka hingga sampai di Cariu. Mugiya diparingi tresno ning urip. Sugih welas. Sugih ikhlas. Sugih asih. Sugih kinasih. Sugih berkah pengestu. Sugih bekti lan mituhu. []
Ren Muhammad, 28 Agustus 2019