Mendirikan Sekolah Sendiri

SEJAK berikhtiar membangun sekolah Cerdik Cendekia–empat bulan lalu, hari ini terasa lebih indah dari biasanya. Wajar saja, sekolah yang kami canangkan hanya bermodal tekad dan niat yang kuat. Proses belajar-mengajar diselenggarakan di alam terbuka. Di mana saja. Sekenanya. Sesekali kami belajar di sawah. Lain waktu di empang ikan nila. Hari berikutnya menumpang di madrasah. Pepatah Minang yang berbunyi “alam takambang menjadi guru,” sungguh benar kami terapkan bersama tigapuluh satu siswa yang mendaftarkan dirinya.

Senin, 6 November 2017, doa kami bersama mewujud nyata. Di atas lahan belukar ukuran tujuh kali sembilan meter, sebuah pendopo akan segera kami bangun. Demi menaungi mereka bila hujan turun mengguyur, bila panas menjerang jangat. Melihat mereka bermandi peluh dan bersusah payah mengangkuti pasir, kami tak henti bersyukur. Sekolah ini memang benar mereka miliki. Semoga mereka cintai. Harapan kami pada mereka sederhana saja: sekolah mereka adalah juga rumah dan keluarga yang membahagiakan.

Dengan turut membangun sekolahnya sendiri sedari fondasi, sama artinya mereka mengukuhkan niat belajarnya nanti. Generasi termuda Indonesia harus dikenalkan lagi pada semangat membangun bangsa dari bawah. Mereka tak boleh hanya terima jadi. Tapi lupa cara berterima kasih. Hanya tahu menuntut ini-itu pada orangtua dan pemerintah, namun alpa membalasnya dengan semangat mencari ilmu yang sejati. Bilamana nanti mereka berhasil hidup manfaat, negara-bangsa ini jua yang akan memetik buah manisnya. []

Ren Muhammad, 6 November 2017