Pertengkaran Sampai Tuntas

Haidar, Vino dan Husain. Itulah nama dari tiga bocah pengembala. Begitulah panggilanku untuk mereka. Mereka masuk salah satu daftar yang menjadi guruku. Memang nampaknya pengetahuan mereka tidaklah cukup mempuni bila dibandingkan dengan tingkatan Prof. Tapi bagiku yang disebut guru bukanlah harus mempunyai gelar prof baru bisa menjadi guru. Melainkan yang mampu memberikan pelajaran berharga tentang apapun yang terkait diriku sendiri.

Saat itu sudah gelap. Siang telah bersembunyi dibalik malam. Mereka selalu berganti sip saat adzan isya berkumandang. Seperti laiknya satpam yang menjaga perusahaan besar, mereka selalu bergantian selama 24 jam atau ada juga yang hanya 12 jam saja. Tiga anak penggembala saat malam mereka bekerja sama untuk mencari bola api di sekitar tanah lapang. Padahal tak jarang mereka bertengkar dan berhenti saat salah satu dari mereka menangis.

Mereka membuatku berkaca akan hidup yang ku jalani saat ini. Teramat sering hati ini kesusupan rasa dendam akan permasalahan yang belum selesai. Mungkin ini baru dugaan ku. Kalau dendam itu muncul dari pertengkaran atau perselisihan antara sesama belum selesai. Padahal coba kita tengok saat anak kecil bertengkar. Mereka selalu menyelesaikannya dengan tuntas. Dan pastinya dengan cara mereka sendiri yang mungkin saja kita yang sudah beranjak dewasa gagal memahami anak kecil. Aku yakin bila saja dilakukan surfey tentang hidup siapa yang lebih ceria? Pasti kita serentak menjawab anak kecil. Lalu mengapa bertambahnya umur kita menjauh dari sisi natural manusia?

Ciseeng Parung, 28 September 2017